The Tragedy in a Rainy Day

Sepeda motor putih melenggang lucu di Jalanan Sukapura.

Dua orang perempuan muda lagi sehat, berada di atasnya.

Mereka hendak pergi bazumba-zumba (baca: senamĀ  zumba).

Salahsatu diantaranya berencana mengambil pakaian hasil laundry dalam rute yg dilalui, untuk kemudian disimpan ke rumah terlebih dahulu.

Sampai di lokasi, Bapak Samar (nama disamarkan) sang pencuci laundry menawarkan bantuan, ‘Banyak neng, berat. Nanti Bapak anterin aja ya’.

‘Ga usah Pak, mau dipakai sekarang, saya ambil aja sekalian’ jawabku. Dua kresek: satu berukuran biasa dengan pakaian berjejel, satu lagi super duper besar, akhirnya hanya dibantu untuk dibawa sampai kendaraan (motor).

Kresek besar disimpan di bagian depan mio, sedangkan kresek kecil didekap penuh cinta oleh temanku.

Yup, inilah kisahku. Kembali menemui Anda (pembaca), bersama pengalaman dengan si roda dua.

Langit masih cerah hingga 2/3 perjalanan sebelum sampai rumah, namun tiba-tiba jadi mendung pertanda hujan akan turun. Kurang beruntungnya, macet melanda. Jalanan penuh seketika. Hampir deadlock karena motor dari arah yang sama denganku menghalangi kendaraan di arah yang berlawanan. Kasihan motorku, harus ikut bedempet-dempet, cari tempat agar tidak menghalangi kendaraan di arah lain sekaligus agar tetap bisa maju dalam kesempitan. Disaat itu, terjadilah….

BEDEBUMMM

BUMM, BUMMM, BLEBEPPP

Cucianku jatuh dengan indah……. melantai, di aspal.

Tanpa sadar, aku berteriak, ‘TIDAAAAAAAAK’ sambil mengacungkan kaki kiri (menahan kresek agar tidak lebih banyak pakaian yang berceceran).

Namun sia-sia, gerimis menjadi juara.

Pakaian bersih terbalut plastik kini terserak berhias lumpur.

Sedih? Big Yes.

Namun apa daya..

Ini adalah takdirNya. Aku masih tercengang, sementara temanku sigap turun. Untunglah, ia dapat berpikir tenang, masih ingat mengambil laundry yang berserakan.

Tanpa perlu black box, diketahui bahwa penyebabnya adalah kresek yang belum di-tali.

Kisah sedih ini sempat ku ceritakan pada teman-teman di kantor, tapi mereka malah tertawa.

Tidak ada empati sama sekali.

Huft… The tragedy (baca: tragisnyaa).

C360_2015-02-14-18-04-28-405

Small thing needs respect too.

~*~

Riezka Amalia Faoziah

[Sang Cendikia] Dr. Zakir menjawab

Seseorang asal jepang, dalam sebuah acara bertanya kepada Dr. Zakir, kira-kira seperti ini ‘bila segala sesuatu yang akan terjadi di dunia ini telah ditetapkan oleh Allah, lantas, dimanakah kebebasan manusia untuk menentukan pilihan?’

Saya pun penasaran dengan jawaban Dr. Zakir.

Berikut siaran lengkapnya

~*~

tribute to Siti Hasanah,

yang telah mengenalkan saya pada Sang Cendikia di situs youtube